Museum ini didirikan pada 14 Januari 1946, dan memiliki peran penting dalam sejarah penyiaran di Indonesia, terutama selama masa perjuangan kemerdekaan.

RRI memiliki rekam jejak yang panjang dalam menemani kehidupan bangsa sejak masa perjuangan, sehingga tidak mengherankan jika museum ini memiliki koleksi barang-barang antik yang digunakan dalam penyiaran selama rentang waktu tahun 1950-an hingga 1990-an. Barang-barang tersebut terdaftar sebagai Barang Milik Negara (BMN) di Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPNKL) Bukittinggi dan disimpan di Museum RRI Bukittinggi.

Kota Bukittinggi pernah menjadi ibu kota negara setelah jatuhnya Yogyakarta ke tangan Belanda. Museum RRI Bukittinggi menjadi kunci penyiaran dan pemancar informasi ketika pemerintahan sementara diamanahkan pada Sjafruddin Prawiranegara yang menjabat sebagai Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk pemerintahan darurat di Bukittinggi.

Koleksi di museum ini mencakup berbagai alat penyiaran dan dokumentasi yang digunakan selama masa pemerintahan darurat tersebut, termasuk pemancar radio, mikrofon, dan perangkat lain yang memainkan peran penting dalam komunikasi dan penyiaran informasi kepada masyarakat Indonesia pada masa itu. Museum ini memberikan wawasan yang mendalam tentang sejarah penyiaran di Indonesia dan peran penting RRI dalam perjuangan kemerdekaan bangsa.