Museum Tridaya Eka Dharma adalah salah satu museum penting di Sumatera Barat yang terletak di Kota Bukittinggi, tepatnya di Jalan Panorama No. 24, Kelurahan Kayu Kubu, Kecamatan Guguk Panjang. Museum ini diresmikan oleh Mohammad Hatta pada tanggal 16 Agustus 1973 dan terbuka untuk umum. Museum ini memiliki koleksi ratusan senjata dari zaman perang dan berfungsi sebagai sarana komunikasi antara generasi serta pewaris semangat juang dan nilai-nilai kepahlawanan.

Awalnya, museum ini merupakan rumah peristirahatan Gubernur Sumatra. Ide pendiriannya digagas oleh Brigjen Widodo, salah seorang pimpinan TNI wilayah Sumatra Tengah, dan dilanjutkan oleh Brigjen Soemantoro. Nama “Tridaya Eka Dharma” berarti tiga unsur kekuatan satu pengabdian, yang terkait dengan falsafah Minang “Tigo Tungku Sajarangan”.

Lokasi museum di Kota Bukittinggi dipilih karena kota ini pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatra dan ibu kota negara Republik Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Museum ini memiliki berbagai benda bersejarah seperti senapan laras panjang, senapan laras pendek, meriam, amunisi, granat, perlengkapan perang, pemancar radio, alat penerima sinyal, telepon, serta pakaian tentara Indonesia dan tentara asing. Selain itu, terdapat dokumentasi perang seperti foto kepemimpinan para jenderal, lokasi penyekapan para pahlawan revolusi, dan foto para presiden Indonesia dari tahun 1945 hingga 2004.

Di bagian luar museum, terdapat Pesawat Terbang AT-16, Harvard B-419 buatan Amerika Serikat yang digunakan dalam penumpasan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia di Sumatra Tengah pada tahun 1958.